Yang tersayang,
calon permaisuri hatiku...
calon permaisuri hatiku...
Ku tahu kau tak mengenalku begitu baik begitupun aku yang tak mengenalmu dengan baik. Aku adalah seorang lelaki yang dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga yang sederhana. Diatas ketidak berdayaanku sebagai lekaki biasa, aku memiliki mimpi besar dan harapan besar mendapatkan wanita luar biasa. Luar biasa bukan karena kecantikan, harta dan kedudukannya namun karena kemuliaan atas dasar agamanya.
Saat pertamakali kita berkenalan, ku menyadari sepenuhnya bahwa aku bukanlah lelaki yang sempurna. bukan pria tampan, kaya dan keturunan bangsawan. Oleh sebab itu, ku tak ingin kau bersedia memilihku atas dasar apapun, melainkan karena Allah semata. Sebagaimana aku telah memantapkan hati memilihmu karna agama dan keshalihanmu.
Wahai calon permaisuri hatiku...
Wahai calon permaisuri hatiku...
Bila saat kita menikah nanti,ku punya harapan-harapan besar untukmu sebagiamana pria lain memiliki harapan terhadap istrinya;
Aku mungkin bukan termasuk orang yang terlalu pintar mengungkapkan cintanya secara verbal, karena terkadang ungkapan cinta seorang lelaki berbeda dengan seorang wanita, namun aku akan berusaha memberikan yang terbaik untukmu. Oleh karenanya, berusahalah mencintaiku sebagaimana aku telah memutuskan untuk mencintaimu.
Kuingin kau menjaga hartaku, sebagaimana aku menjaga diriku untuk memperoleh harta yang halal sebagai nafkahku untukmu dan anak-anakku.
Jagalah dirimu saat aku bepergian, sebagaimana aku berusaha menjaga pandanganku karena Allah dan demi menjaga perasaanmu.
Aku senang bila engkau berhias hanya untukku sebagimana aku juga senang berhias untukmu. Jagalah anak-anakku dengan baik karena mereka adalah harta kita yang tak dapat dinilai dengan uang, emas dan perak. Didiklah mereka sebagai bekal pewaris para nabi dan khalifah dimuka bumi.
Wahai calon permaisuriku...
Aku mungkin bukan termasuk orang yang terlalu pintar mengungkapkan cintanya secara verbal, karena terkadang ungkapan cinta seorang lelaki berbeda dengan seorang wanita, namun aku akan berusaha memberikan yang terbaik untukmu. Oleh karenanya, berusahalah mencintaiku sebagaimana aku telah memutuskan untuk mencintaimu.
Kuingin kau menjaga hartaku, sebagaimana aku menjaga diriku untuk memperoleh harta yang halal sebagai nafkahku untukmu dan anak-anakku.
Jagalah dirimu saat aku bepergian, sebagaimana aku berusaha menjaga pandanganku karena Allah dan demi menjaga perasaanmu.
Aku senang bila engkau berhias hanya untukku sebagimana aku juga senang berhias untukmu. Jagalah anak-anakku dengan baik karena mereka adalah harta kita yang tak dapat dinilai dengan uang, emas dan perak. Didiklah mereka sebagai bekal pewaris para nabi dan khalifah dimuka bumi.
Wahai calon permaisuriku...
Dalam mengarungi mahligai rumah tangga, Mungkin banyak hal-hal baru yang kelak akan kau temui, disebabkan karena kita dilahirkan dari latar belakang keluarga yang berbeda. Maka marilah kita mencoba untuk saling memahami atas perbedaan-perbedaan kecil; watak, prilaku dan mungkin juga selera. Sebagaimana aku akan berusaha memahami dan menerimamu apa adanya.
Bahagia, onak duri dan berbagai warna kehidupan takkan luput dari rumah tangga yang akan kita lalui bersama. Oleh sebab itu, hendaklah kita bersyukur bila dikaruniai nikmat dan bersabarlah bila musibahpun datang menghampiri kita. Bila kau mendapatiku sebagai orang tersalah, tegurlah daku dengan ahsan dan benar. Sebagaimana aku akan terus belajar dan mendidikmu menjadi istri yang sholehah.
Calon permaisuri hatiku....
bila tiba saatnya di penghujung usia, diakhir sejarah cinta kita. Mungkin Engkau tiada lagi memiliki harapan besar terhadapku karena kau hanya akan mendapatiku sebagai lelaki tua berrambut putih tiada berdaya. Namun sekali lagi, Tetaplah mencintaiku karena aku masih memiliki harapan besar untuk kita berdua; ku hanya ingin kau menemani hari-hariku di syurga, ditempat yang terbaik.
bila tiba saatnya di penghujung usia, diakhir sejarah cinta kita. Mungkin Engkau tiada lagi memiliki harapan besar terhadapku karena kau hanya akan mendapatiku sebagai lelaki tua berrambut putih tiada berdaya. Namun sekali lagi, Tetaplah mencintaiku karena aku masih memiliki harapan besar untuk kita berdua; ku hanya ingin kau menemani hari-hariku di syurga, ditempat yang terbaik.
Akhirnya ku tuliskankan puisi cinta untukmu;
Aku ingin mencintamu dengan cara yang sederhana
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan cara yang sederhana
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan cara yang sederhana
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Oh kapankah cinta kita kan berakhir...
disaat tiada lagi akhir..
disaat tiada lagi akhir..
kamar sepi pogung kidul, yogyakarta, 6 November 2011. 09:58 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar